Kekhasandan keunikan bisa ditemukan di provinsi pecahan Jawa Barat ini. Mulai seni budaya, kuliner, wisata belanja, dan sisi religius masyarakat dan budayanya. Setidaknya inilah yang disampaikan 10 finalis Pemilihan Puteri Indonesia (PPI) Tingkat Daerah Banten, dalam sesi penjurian di Serpong Town Square, Serpong, Jumat (17/9/2010) lalu.
Sulamanfantasi adalah sulaman yang menerapkan bermacam-macam tusuk hias dengan aneka warna benang. Motif hias yang akan dibuat dikerjakan dengan bermacam-macam tusuk hias paling sedikit tiga macam tusuk hias. Pemakaian tusuk hias harus sesuai dengan bentuk ragam hias. Motif hias dapat berbentuk bunga, pemandangan atau geometris.
Cirikhas dari motif poleng terdapat pada makna simboliknya. Motif kotak-kotak hitam dan putih secara berselang-seling mengandung makna.. a. baik dan buruk Ciri khas unik dari Sulaman Gayo.. 3. Jenis alat musik seperti biola dimainkan dengan cara.. 4. Kain poleng Bali memiliki fungsi untuk..
Vay Tiền Nhanh. - Suku Gayo menjadi salah satu kelompok etnis di Pulau Sumatera yang turut mewarnai keragaman masyarakat di Indonesia. Suku Gayo adalah penduduk asli yang berasal dari Dataran Tinggi Gayo di Provinsi Aceh bagian juga Suku Gayo di Aceh, Sejarah, Bahasa, dan Rumah Adat Masyarakat Suku Gayo sebagian besar mendiami daerah Kabupaten Bener Meriah, Aceh Tengah, Gayo Lues, dan Aceh Timur, yaitu di Kecamatan Serba Jadi, Peunaron dan Simpang Jernih. Baca juga Suku Gayo, Suku Terbesar Kedua di Aceh Suku Gayo juga terbagi menjadi tiga kelompok sesuai daerah asalnya, yaitu Masyarakat Gayo Laut yang mendiami daerah Aceh Tengah dan Bener Meriah, Gayo Lues yang mendiami daerah Gayo Lues dan Aceh Tenggara, serta Gayo Blang yang mendiami sebagian kecamatan di Aceh TamiangBaca juga Dongeng Banta Seudang dari Tanah Gayo Asal Usul Suku Gayo Suku Gayo termasuk ke dalam golongan ras Proto Melayu yang berasal dari India. Dilansir dari pemberitaan terdapat beberapa teori tentang asal usul dari Suku Gayo. Masyarakat setempat percaya bahwa nama Gayo berasal dari kata pegayon yang berarti sumber air jernih tempat ikan suci dan kepiting. Salah satu versi menyebut asal-usul Suku Gayo berhubungan dengan Kerajaan Linge yang berdiri sekitar tahun 416 Hijriyah atau 1025 Masehi. Sementara versi lain menyebut asal-usul sub suku ini yakni Gayo Lues, merupakan wilayah kekuasaan empat kerajaan atau dalam istilah setempat disebut Reje’, yaitu Reje Gele memimpin 12 kampung dan berkedudukan di bagian barat Blangkejeren. Reje Rema yang memimpin 11 kampung dan berkedudukan di Kute Panyang. Reje Bukit merupakan raja yang memimpin 7 tujuh kampung dan berkedudukan di bagian timur Blangkejeren. Reje Kemala yang memimpin 13 kampung dan berkedudukan di Rikit Gaib. Ada pula sumber yang berasal dari hikayat tentang para raja Aceh yang berkuasa sejak tahun 1280 sampai 1400.
1. D2. B3. C4. C5. B6. C7. B8. A9. D10. D11. C12. A13. A14. D15. B16. C17. A18. A19. C20. A21. C22. D23. C24. B25. A26. A27. D28. D29. A30. B31. B32. A33. A34. D35. B Soal Essay 1. Alat musik Pianika termasuk kategori alat musik........ 2. Ciri khas unik dari Sulaman Gayo........ 3. Jenis alat musik seperti biola dimainkan dengan cara........ 4. Kain poleng Bali memiliki fungsi untuk........ 5. Lagu yang berjudul Cening putri ayu berasal dari daerah....... 6. Nama alat musik Sampe berasal dari daerah........ 7. Pada motif hias meander memiliki bentuk........ 8. Sebuah gambar yang berfungsi untuk menerangkan teks atau cerita agar lebih mudah dipahami disebut gambar........ 9. Sebutkan 2 contoh jenis alat musik yang dimainkan dengan cara digoyang adalah........ 10. Suatu rangkaian nada-nada yang bergerak naik turun disebut........ Kunci Jawaban Soal Essay 1. Alat musik pianika termasuk kategori alat musik melodis dimainkan dengan cara ditiup. 2. Motif hiasnya yang khas, yaitu bentuk-bentuk geometris berupa garis, bidang, dan tanaman bersulur yang disusun secara teratur dan berulang-ulang. 3. Digesek. 4. Umumnya dipakai untuk tedung payung, umbul umbul, menghias pelinggih tugu, patung, juga kulkul kentongan. 5. Berasal dari Bali yang biasa dinyanyikan anak-anak. 6. Suku Dayak di Kalimantan Timur. 7. Ragam hias yang memiliki bentuk dasar huruf T. 8. Gambar Ilustrasi atau Gambar Cerita. 9. Angklung, Marakas 10. Melodi
Source publication Edi EskakABSTRAK Industri batik mulai berkembang di Gayo, tetapi belum memiliki motif batik khas daerah. Oleh karena itu perlu diciptakan motif batik khas Gayo, dengan mengambil inspirasi dari ukiran yang terdapat pada rumah tradisional yang biasa disebut ukiran kerawang Gayo. Tujuan penciptaan seni ini adalah untuk menciptakan motif batik yang memiliki cir...... Kerawang Gayo telah dijadikan sumber ide dalam penciptaan karya tekstil seperti yang telah dilakukan Eskak 2016, menciptakan motif batik khas Gayo. Serlin 2020 memadukan motif kerawang Gayo dan parang rusak barong dalam membuat busana evening. ...Fira Zulia RohmawatiRatna SuhartiniKerawang Gayo dan Pinto Aceh adalah nama ragam hias yang berkembang di Aceh Tengah. Tujuan penelitian adalah mengetahui proses pembuatan dan hasil jadi penerapan ragam hias Aceh yaitu Kerawang Gayo dan Pinto Aceh pada busana pengantin muslimah yang bertema MUARA GAYO’. Terinspirasi dari cerita legenda yang berada di Aceh yaitu Legenda Laut Tawar Aceh, yang menceritakan tentang pengembara gagah yang mendapatkan ilham untuk menguji masyarakat setempat. Proses penerapan ragam hias Kerawang Gayo dan Pinto Aceh dimulai dengan pembuatan desain, setelah itu pengaplikasian motif Kerawang Gayo dan Pinto Aceh dengan menggunakan teknik bordir dan lekapan tali. Menggunakan kain organza dan kain duces untuk bahan utamanya. Siluet yang digunakan pada busana ini adalah siluet L yaitu bentuk busana duyung lebar pada bagian bawah, dan memiliki jubah yang sangat lebar. Penerapan bordir stilasi ragam hias Kerawang Gayo terdapat pada bagian muka dan pada bagian punggung jubah, pada bagian sisi bawah jubah menggunakan hiasan lekapan tali stilasi ragam hias Pinto Aceh. Kerawang Gayo and Pinto Aceh are the names of ornamental varieties that developed in Central Aceh. The purpose of the study was to find out the manufacturing process and the finished results of the application of Acehnese ornamental varieties, namely Kerawang Gayo and Pinto Aceh in the Muslim WomenWorkshop with the theme 'MUARA GAYO'. Inspired by the legendary story in Aceh, namely the Legend of Air Tawar Aceh, which tells about a dashing traveler who gets inspiration to test the local community. The process of applying the decorative variety Kerawang Gayo and Pinto Aceh begins with making a design, after that the application of Kerawang Gayo and Pinto Aceh motifs using the embroidery and rope fixtures. It uses organza fabric and duces fabric for its main material. The silhouette used in this outfit is the L silhouette, which is a wide mermaid shape at the bottom, and has a very wide robe. The application of embroidery distillation of various ornamental Kerawang Gayo is found on the face and on the back of the robe, on the lower side of the robe using the decoration of the distillation rope of decorative variety Pinto Aceh.... Salah satu sarana transfer nilai keteladanan tersebut adalah dengan media seni Salma et al, 2016. ...... Keindahan pada produk akan meningkatkan nilai tambah serta merupakan daya tarik terhadap minat konsumen untuk membeli produk gerabah batik tersebut. Kreativitas IKM dengan menciptakan motif-motif baru yang lebih indah dan berciri khas seni budaya suatu daerah akan menimbulkan minat pecinta batik untuk membelinya Salma dan Eskak, 2016. Dilihat dari aspek ekonomi harga produk gerabah batik layak untuk diterapkan di IKM sebagai pembuatan produk yang menguntungkan. ...Penerapan teknik batik untuk dekorasi pada gerabah, mempunyai kendala yaitu hasil pewarnaan kurang cerah dan daya rekat warna pada permukaan gerabah kurang kuat. Tujuan penelitian ini adalah melakukan optimasi bahan dan proses pembuatan gerabah batik untuk meningkatkan kecerahan dan daya rekat warnanya. Metode yang digunakan yaitu 1 Pemilihan gerabah, 2 Pembuatan desain motif, 3 Penyantingan/pembatikan, 4 Pewarnaan 5 Pelorodan/pembersihan lilin, 6 Finishing, dan 7 Pengujian ketahanan luntur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan pewarna rapid dan naphthol menghasilkan warna yang lebih cerah. Peningkatan kecerahan warna ini dilakukan dengan langkah awal berupa pemilihan gerabah yang berwarna terang serta dilakukan pelapisan cat transparan. Pengujian dilakukan terhadap ketahanan luntur warna terhadap gosok dan cahaya tengah hari, dengan skor penilaian angka 1 – 5. Hasil pengujian ketahanan luntur warna terhadap gosokan kering dan basah memperoleh nilai 3-4 cukup baik. Ketahanan luntur warna terhadap cahaya terang hari memperoleh angka 4-5 baik. Kecerahan dan ketahanan luntur daya rekat kuat terhadap warna yang dilapisi cat transparan memperoleh nilai 5 sangat baik.... Kain batik dapat menjadi alternatif suvenir daerah yang khas, unik, mudah dikemas, mudah dibawa, ringan, dan memiliki nilai kenangan atau cenderamata, serta harganya relatif terjangkau. Keunggulan-keunggulan tersebut menjadikan batik sebagai komoditas suvenir yang mudah laku Salma dan Eskak, 2016. Demikian batik mempunyai potensi sebagai industri kreatif yang dapat mendukung sektor pariwisata di daerah. ... Irfa'ina Rohana SalmaSuryawati RistianiAnugrah Ariesahad WibowoPerkembangan IKM Batik Papua mengalami berbagai kendala, antara lain stagnasi pembuatan motif yang hanya berorientasi pada maskot daerah yaitu burung cederawasih. Oleh karena itu perlu dilakukan diversifikasi desain dengan mengambil ide alternatif dari budaya masyarakat Papua. Tujuan penelitian ini adalah untuk menciptakan desain motif batik yang inspirasinya diambil dari piranti tradisi masyarakat Papua. Piranti tradisi yaitu alat-alat tradisional yang biasa digunakan oleh masyarakat Papua ketika di rumah, saat bekerja, berperang suku, dan berkesenian. Metode yang digunakan yaitu pengumpulan data, pengkajian sumber inspirasi, pembuatan desain motif, dan perwujudan menjadi batik. Hasilnya berupa 6 motif batik yaitu 1 Motif Honai Besar, 2 Motif Honai Kecil, 3 Motif Tifa Besar, 4 Motif Tifa Kecil, 5 Motif Tambal Ukir Besar, dan 6 Motif Tambal Ukir Kecil. Hasil uji kesukaan terhadap motif kepada 50 responden menunjukkan bahwa motif yang paling disukai yaitu Motif Honai Kecil. Hasil selengkapnya Motif Honai Kecil 21 %, Motif Tifa Kecil 19 %, Motif Honai Besar 17 %, Motif Tambal Ukir Kecil 16 %, Motif Tambal Ukir Besar 15%, dan Motif Tifa Besar 12 %.Tamarind Tamarindus indica L., a type of tropical plant that grows in Indonesia has various benefits and has been widely studied by various disciplines. The study of Tamarind as a source of ideas for art creation, on the other hand, has not been widely carried out. The aims of this study are 1 To explain the process of creating Semarang batik motifs using the idea of Tamarind through the stylization of forms; 2 to analyze the shape of the Tamarind batik motif to strengthen the identity of Semarang’s local culture. This study uses a qualitative approach with phenomenological methods to examine phenomena related to the creation process and the uniqueness of locality-based batik motifs on batik artisans in Semarang City. The data collection techniques used were observation, in-depth interviews, and document studies. The data that has been collected was analyzed interactively through data reduction, presentation, and conclusions with the scope of analysis in intra-aesthetic and extra-aesthetic studies. The results showed that 1 Tamarind is a typical plant that is closely related to the toponym of the city of Semarang so it becomes a source of ideas for the creation of locality-based batik motifs through the stylization technique by Semarang batik artisans; 2 Visualization of the shape of the Tamarind batik motif that has been produced shows the diversity and uniqueness of the form as an aesthetic expression of the batik artisan in responding to the beauty of the natural and socio-cultural environment in Semarang City according to the level of knowledge and aesthetic experience. This research contributes to the batik artisan in exploring the diversity of local plant species as a source of ideas for creating environmentally-based batik motifs to strengthen the value of local cultural RosdianiIbrahim ChalidKerawang Gayo is the name for decorative motifs of traditional Gayo clothing that has been designated as an intangible cultural heritage through the Decree of the Minister of Education and Culture of the Republic of Indonesia Number 270/P/2014 concerning the Determination of Indonesian Intangible Cultural Heritage in 2014. This study uses an ethnographic approach by observing directly in the field to see the existence of openwork gayo in various crafts and the manufacturing process. Conducted interviews with artisans and openwork shop owners, especially the community in Bebesen Village, Bebesen District, Central Aceh Regency. Based on the research results, it is known that the existence of Kerawang Gayo is preserved by modifying the motifs, both on functional products of traditional clothing and other functional products by utilizing cultural values to attract buyers' interest. The Kerawang Gayo motif found on woven products is called Lintem, on wood, it is called chisel, on metal, it is called carving and on cloth, it is called embroidery. Before the 1980s, openwork gayo was still called Gayo Weaving. The various motifs found in Gayo weaving are called Bebunge Betabur clothes, Upuh Kio, Upuh Pawaq, Upuh Ketawaq, Kut clothes, Dede split clothes, Bunge shoots, and so on. Abstrak Kerawang Gayo adalah sebutan untuk ragam hias motif pakaian adat Gayo yang telah ditetapkan sebagai warisan budaya melalui Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 270/P/2014 tentang Penetapan Warisan Budaya Tak Benda Indonesia. pada tahun 2014. Penelitian ini menggunakan pendekatan etnografi dengan melakukan observasi langsung ke lapangan untuk melihat keberadaan Kerawang Gayo pada berbagai kerajinan dan proses pembuatannya. Melakukan wawancara dengan pengrajin dan pemilik toko kerawang khususnya masyarakat di Desa Bebesen Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa keberadaan Kerawang Gayo dilestarikan dengan melakukan modifikasi motif, baik pada produk fungsional pakaian adat maupun produk fungsional lainnya dengan memanfaatkan nilai-nilai budaya untuk menarik minat pembeli. Motif Kerawang Gayo yang terdapat pada produk tenun disebut Lintem, pada kayu disebut pahat, pada logam disebut ukiran dan pada kain disebut bordir. Sebelum tahun 1980-an, Kerawang Gayo masih disebut Tenun Gayo. Berbagai motif yang terdapat pada Tenun Gayo disebut Baju Bebunge Betabur, Upuh Kio, Upuh Pawaq, Upuh Ketawaq, Baju Kut, Baju Dede, Bunge Tunas, dan sebagainya. Denik Ristya RiniBatik fabric is a traditional cultural form from Indonesia, developed initially solely for as use of the King and his followers. In modern society, batik has spread more widely into everyday wear for Indonesian people. Batik motifs are made following the market needs and must constantly be updated to cater to changing fashions. Therefore, the author provides training to the younger generation in the digital construction of new batik patterns. The methods used in this training are presentation, tutorials, practicums and discussions. Keywords Batik Motif, Digital, PatternNoor SulistyobudiPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui motif, warna, serta makna batik Gringsing dan Ceplok Kembang Kates. Penelitian deskriptif kualitatif dan subjek penelitian karya seni batik di Bantul. Data yang diperoleh berupa gambar dan informasi melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil yang diperoleh, motif batik Gringsing Bantul berupa bulatan-bulatan kecil seperti sisik ikan yang saling bersinggungan. Warna asli batik Gringsing sogan, tetapi sekarang menggunakan warna-warna lain seperti merah, biru, hijau, atau sesuai permintaan konsumen. Makna simbolik dari motif Gringsing adalah doa atau harapan agar terhindar dari pengaruh buruk dan kehampaan. Motif batik Ceplok Kembang Kates menggunakan ide dasar tanaman kates, motif utama biji dan bunga, dan motif tambahan putik, isen-isen cecek dan sawut. Warna yang diterapkan merah, hijau, dan biru. Makna simbolik Ceplok Kembang Kates sebagai simbol semangat mempertahankan bangsa, negara, dan kesejahteraan Batik di Bima, Nusa Tenggara Barat mulai berkembang, tetapi belum memiliki motif khas daerah. Oleh karena itu perlu diciptakan motif batik yang memiliki ciri khas daerah Bima. Tujuan penelitian penciptaan seni ini adalah untuk menghasilkan kreasi baru motif batik yang sumber inspirasinya diambil dari seni budaya daerah setempat, sehingga dapat menghasilkan motif batik berciri khas daerah Bima. Metode yang digunakan yaitu pengamatan mendalam, pengumpulan data, pengkajian sumber inspirasi, pembuatan desain motif, dan perwujudan menjadi kain batik. Hasilnya berupa satu desain motif yaitu Batik Uma Lengge BUL, namun dibuat menjadi tujuh kain batik dengan warna dasar yang berbeda-beda. Adapun tujuh kain batik tersebut adalah 1 BUL Me’e/hitam 2 BUL Bura/putih, 3 BUL Jao/hijau, 4 BUL Kala/merah, 5 BUL Monca/kuning, 6 BUL Owa/ungu, dan 7 BUL Biru/biru. Uji peminatan konsumen dilakukan terhadap jenis warna yang disukai. Adapun warna yang paling banyak dipilih adalah hitam 27%, merah 19%, ungu 15%, biru 12%, hijau 11%, kuning 9%, dan putih 7%. Hasil uji ini dapat dijadikan acuan dalam memberi warna pada batik, berdasarkan kecenderungan selera konsumen.
ciri khas unik dari sulaman gayo